Penjualan Rumah Melesat

Penjualan Rumah Melesat

Ilustrasi penawaran aneka insentif dalam pemasaran rumah baru di proyek real estate (Foto dok. housingestate)


Penjualan properti residensial di pasar primer (rumah baru) pada triwulan IV 2023 meningkat pesat dibandingkan triwulan sebelumnya secara tahunan (YoY). Peningkatannya mencapai 3,37% dibanding triwulan III yang terkontraksi minus 6,59%. "Peningkatan penjualan rumah baru pada triwulan IV 2023 itu terjadi pada seluruh tipe rumah. Terutama rumah tipe menengah (6,29%) dan tipe besar (19,93%). Sementara penjualan rumah tipe kecil tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih berada dalam zona kontraksi minus 1,60 persen," tulis Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di pasar primer versi Bank Indonesia (BI) yang dipublikasikan di situs BI beberapa hari lalu.

Survei meneropong perkembangan harga dan penjualan rumah baru di 18 kota di Indonesia. Yaitu, Bandung, Bandar Lampung, Banjarmasin, Denpasar, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Padang, Medan, Makassar, Manado, Surabaya, Pontianak, Batam, Balikpapan, Jabodebek-Banten, Pekanbaru, dan Samarinda.

BI tidak menyebutkan penyebab melesatnya penjualan rumah pada triwulan akhir 2023 itu. Tapi, besar kemungkinan karena semua developer memang fokus menggenjot penjualan dengan memberikan aneka insentif yang memudahkan konsumen membeli rumah, dan secara relatif tidak menaikkan harga. Selain itu mungkin juga didorong oleh kebijakan pemberian insentif free PPN yang dilansir pemerintah sejak awal November 2023 untuk rumah siap huni.

Berdasarkan informasi dari responden, SHPR BI mencatat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer selama ini, yang kesemuanya membuat harga rumah menjadi mahal. Yaitu, masalah perizinan/birokrasi (33,62%), suku bunga KPR (28,07%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (22,83%), dan masalah perpajakan (15,47%). Kendala yang menghambat penjualan rumah yang disebutkan BI itu merupakan problem klasik pengembangan dan pemasaran properti di Indonesia.

Penjualan rumah primer secara tahunan yang meningkat pesat itu ditopang oleh masih kuatnya penjualan rumah secara triwulanan pada triwulan IV 2023. Tercermin dari pertumbuhan penjualan rumah primer sebesar 2,12% secara kuartalan (QtQ) meski tidak setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,74%). Masih kuatnya penjualan rumah secara triwulanan terutama ditopang oleh penjualan rumah tipe kecil (3,81%) dan tipe besar (1,22%). Sementara penjualan rumah tipe menengah mengalami kontraksi minus 0,62%.

Pembiayaan pengembangan perumahan sebagian besar (72,82%) masih ditopang dana non perbankan terutama dana internal perusahaan developer, disusul pinjaman perbankan (16,07%) dan pembayaran tanda jadi dan/atau uang muka dari konsumen (7,14%). Sementara dari sisi konsumen, skema pembiayaan utama dalam pembelian rumah primer masih KPR/KPA dari perbankan, dengan pangsa sebesar 75,89% dari total pembiayaan, diikuti cara bayar tunai bertahap (17,24%) dan tunai keras (6,73%). Pada triwulan IV 2023 total nilai KPR dan KPA tumbuh 12,17% secara tahunan, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III yang tercatat 12,32%. "Relatif stabilnya penyaluran KPR dan KPA secara tahunan itu ditopang oleh masih meningkatnya penyaluran KPR dan KPA secara triwulanan pada triwulan IV sebesar 2,63 persen, kendati lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 4,93 persen," tulis SHPR BI itu. 


Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News


Read more stories:

Harga Rumah Meningkat Terbatas

Harga Rumah Diprediksi Naik Pasca Pemilu

Ini Harga Baru Rumah Tapak Bersubsidi, Berlaku Mulai 1 Januari

10 Faktor Penentu Harga Rumah 4

10 Faktor Penentu Harga Rumah 3