Backlog Nggak Usah Diributin, Kepemilikan Rumah Meningkat Kok

Backlog Nggak Usah Diributin, Kepemilikan Rumah Meningkat Kok

Ilustrasi


Housing backlog atau jumlah kebutuhan rumah yang masih harus dipenuhi ramai diomongin belakangan ini. Semua mengutip data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan, tahun 2015 housing backlog mencapai 11,37 juta unit, tahun 2021 meningkat menjadi 12,7 juta unit. Maksudnya, saat ini ada 12,7 juta rumah tangga (ruta) dari total 68,7 juta ruta yang belum memiliki rumah sendiri. Jadi, angka housing backlog itu bukan makin turun, tapi justru naik lagi. Tahun 2010 menurut BPS housing backlog mencapai 13,5 juta unit.

Tapi, peningkatan housing backlog 1,3 juta unit dari 11,37 juta menjadi 12,7 juta unit itu wajar, karena dalam kurun waktu bersamaan populasi juga bertambah bukan? Yaitu, dari sekitar 260 juta pada tahun 2015 menjadi hampir 280 juta atau bertambah sekitar 20 juta. Jadi, tidak usah pesimis. Apalagi menurut BPS juga, seperti dikutip beberapa media beberapa waktu lalu antara lain Kata Data, pasca pandemi Covid-19 (2021-2022) tingkat kepemilikan rumah sendiri (home ownership) meningkat cukup tajam. Yaitu mencapai 83,99%, tertinggi dalam satu dekade terakhir, dari 81,08% pada tahun 2021.

Dibandingkan dengan Singapura yang angka home ownership-nya 89% (2021), sehingga sering sekali disebut sebagai negara yang paling sukses merumahkan warga negaranya, angka home ownership Indonesia yang hampir 84% itu nggak jelek kan? Apalagi, dibanding Malaysia yang tingkat home ownership-nya baru 70% (2021).

Menurut BPS, meningkatnya kepemilikan rumah sendiri di Indonesia itu, antara lain karena adanya sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah sejak pandemi kepada calon pembeli rumah. Seperti pengurangan bea dan pajak, termasuk pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah non subsidi hingga harga tertentu, serta aneka subsidi untuk pembelian rumah bersubsidi.

Berdasarkan wilayah, Sulawesi Barat masih tercatat sebagai provinsi dengan tingkat kepemilikan rumah sendiri paling tinggi, 92,51%, dibanding tahun 2015 yang 91,47%. Sedangkan DKI Jakarta bertahan sebagai provinsi dengan tingkat kepemilikan rumah terendah, 56,13%, tapi meningkat tajam dibanding 2015 yang tercatat 51,09%.

Hasil riset Indonesia Mellennial Report (IMR) 2022 versi IDN Times selaras dengan data BPS tersebut. Pada tahun 2022 menurut IMR, 3 dari 4 milenial sudah memiliki rumah sendiri atau 76%. Sebagian besar (49%) membeli rumahnya secara tunai, hanya 32% yang membelinya dengan KPR dari perbankan. Selebihnya membeli dengan mencicil langsung ke pengembang (3%) dan lain-lain metode pembayaran. Sebelumnya para pejabat pemerintah di bidang terkait menyebutkan, sebagian besar milenial sulit punya rumah sendiri karena tidak mampu menjangkau harganya.


Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News


Read more stories:

3 Tahun Backlog Rumah Turun Hampir 3 Juta Unit

Backlog itu Apaan Sih?

Katanya Backlog 12,7 Juta, Kok Penjualan Rumah Melempem?